Kerangka konseptual
adalah suatu konstitusi, suatu system koheren dari hubungan
anatara tujuan dan fundamental yang dapat mendorong standar yang konsisten dan
yang menjelaskan sifat, fungsi dan keterbatasan akuntansi keuangan dan laporan
keuangan.
Kerangka kerja konseptual dimaksudkan untuk konstitusi dalam
proses penyusunan standar. Tujuannya adalah memberikan petunjuk dalam
menyelesaikan perselisihan yang meningkat selama proses penyusunan standar
dengan mempersempit pertanyaan, apakah standar telah sesuai dengan kerangka
konseptual ataukah tidak. Secara lengkap, kerangka kerja konseptual
adalah :
Petunjuk FASB dalam menetapkan standar akuntansi
Menyediakan kerangka acuan untuk menyelesaikan pertanyaan sebelum
ada standar khusus yang mengaturnya.
Menentukan batasan pertimbangan dalam penyusunan laporan keuangan
Mempertinggi komparabilitas dengan menurunkan jumlah alternative
metode akuntansi.
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan
oleh FASB sebagai :
“a coherent system of interrelated objectives and fundamentals
that is expected to lead to consistent standards and that prescribes the
nature, function, and limits of financial accounting and reporting”.
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu
sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling
berhubungan, yang menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan
penentuan sifat, fungsi, serta batas- batas dari akuntansi keuangan dan laporan
keuangan.
Yang dimaksud tujuan adalah tujuan pelaporan keuangan.
Sedangkan fundamentals (kaidah-kaidah pokok) adalah konsep-konsep
yang mendasarai akuntansi keuangan, yakni yang menuntun kepada pemilihan
transaksi, kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus dipertanggungjawabkan,
pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta mengkomunikasikannya kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa
konsep-konsep lainnya mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut yang
diperlukan sebagai referensi berulang-ulang dalam menetapkan, menafsirkan, dan
menetapkan standar akuntansi keuangan dan pelaporan.
Kebutuhan akan Kerangka Kerja Konseptual
Kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan
keyakinan pemakai laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikkan
komparabilitas antar laporan keuangan perusahaan.
Masalah-masalah yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika
mengacu pada kerangka teori yang telah ada
Perumusan Kerangka Konseptual
Proses perumusan kerangka konseptual pada dasarnya merupakan
proses evolusi yang dihasilkan dari pekerjaan/proyek sebelumnya. Upaya
dilakukan sebelum dihasilkan kerangka konseptual, dapat dilacak pada berbagai
publikasi.
Kebutuhan akan Kerangka Kerja Konseptual
Kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan
keyakinan pemakai laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikkan
komparabilitas antar laporan keuangan perusahaan.
Masalah-masalah yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika
mengacu pada kerangka teori yang telah ada
Financial Accounting Standards Board-FASB (Dewan Akuntansi
Keuangan) mengembangkan sebuah Kerangka konseptual, kerangka ini berfungsi
sebagai dasar untuk memecahkan masalah-masalah akuntansi dan pelaporan.
Kerangka konseptual FASB mencakup empat bagian sebagai berikut :
1. Tujuan-tujuan pelaporan keuangan,
2. Karakteristik-karateristik kualitatif
informasi akuntansi,
3. Elemen-elemen laporan keuangan,
4. Panduan-panduan pengoperasian (asumsi,prinsip
dan kendala)
Tujuan laporan keuangan . Menurut FASB, tujuan laporan keuangan
adalah menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, serta
arus kas suatu entitas, untuk digunakan oleh beraneka ragam pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi. FASB memandang kebutuhan informasi investor
sebagai fokus utama. Meskipun demikian, laporan keuangan yang dirancang untuk
mememnuhi kebutuhan investor juga akan memenuhi kebutuhan pengguna-pengguna
laporan keuangan lainnya.
Menurut FASB, sebagian besar pengguna laporan keuangan akan
mengevaluasi kemampuan entitas dalam menghasilkan kas serta waktu dan kepastian
dihasilkannya kas. Posisi keuangan dipengaruhi oleh sumber daya ekonomi yang
dikendalikan oleh entitas, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas,
serta kemampuan entitas dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan tempat
entitas beroperasi.
Karakteristik kualitatif menurut FASB. FASB menetapkan
karakteristik kualitatif laporan keuangan yang bermanfaat dalam pengambilan
keputusan, yaitu kualitas terpahami (understandability), relevansi (relevance),
terandalkan (reliability), dan kualitas terbandingkan (comparability). Kualitas
terandalkan mencakup penggambaran sejujurnya (representational faithfulness),
substansi mengungguli bentuk, lengkap, netral, dan hati-hati (prudence).
Menurut FASB, pemenuhan karakteristik-karakteristik kualitatif tersebut
dibatasi oleh kendala biaya/manfaat. FASB juga menyatakan bahwa dalam
praktiknya karakteristik tertentu bisa saja mengorbankan karakteristik lainnya
sehingga penyeimbangan (trade-off) antar-karakteristik seringkali diperlukan. FASB
menyatakan bahwa penerapan karakteristik-karakteristik kualitatif tersebut
seharusnya akan menghasilkan penyajian laporan keuangan yang wajar.
IAS 1 yang sebagian besar ketentuannya diadopsi di Indonesia
menjadi PSAK 1 menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan “penggambaran
terstruktur posisi keuangan dan kinerja keuangan entitas…yang bertujuan…untuk
menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
entitas, yang bermanfaat bagi beraneka ragam pengguna dalam pengambilan
keputusan ekonomi.” Menurut IAS 1/PSAK 1, penyajian wajar mengharuskan
penggambaran jujur (apa adanya) pengaruh transaksi, kejadian, dan kondisi
entitas sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan…yang dinyatakan dalam
KDPPLK….Penerapan IFRS/SAK, dengan pengungkapan tambahan yang diperlukan,
dianggap akan menghasilkan laporan keuangan yang tersaji secara wajar.”
Sejak tahun 2005, IASB dan FASB meninjau kembali kerangka
konseptual masing-masing. Berdasarkan pada kerangka konseptual masing-masing,
kedua penyusun standar utama dunia itu bersepakat untuk menghaluskan dan
memperbaharui serta mengembangkan satu kerangka bersama yang bisa digunakan
untuk mengembangkan standar akuntansi. Tujuan proyek kerangka konseptual itu
adalah untuk menciptakan fondasi yang kokoh bagi standar akuntansi masa depan
yang berbasis prinsip, memiliki konsistensi internal serta konvergensi
internasional.
IASB dan FASB telah menuntaskan Fase A dari Proyek Pembaharuan
Kerangka Konseptual mereka, Tujuan dan Karakteristik Kualitatif, pada bulan
September 2010. Dengan tuntasnya Fase A tersebut, IASB telah menerbitkan
Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan 2010 (Conceptual Framework for Financial
Reporting 2010), yang berisi dua bab baru serta kerangka konseptual lama
yang belum direvisi. FASB menerbitkan Concepts Statement 8 yang
menggantikan Concepts Statements 1 dan 2.
Meskipun belum diadopsi di Indonesia, paragraf-paragraf berikut
memaparkan Kerangka Konseptual baru yang diterbitkan pada bulan September 2010,
selanjutnya disebut Kerangka Konseptual.
Elemen laporan keuangan. Laporan keuangan menunjukkan dampak
keuangan transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian lainnya dengan
mengelompokkan transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian itu ke dalam
klasifikasi-klasifikasi umum berdasarkan karakteristik ekonomi masing-masing
transaksi dan kejadian. Klasifikasi-klasifikasi umum itu disebut elemen-elemen
laporan keuangan.
Elemen-elemen laporan keuangan yang secara langsung terkait dengan
posisi keuangan adalah aset, liabilitas, dan ekuitas. Elemen-elemen laporan
keuangan yang secara langsung terkait dengan kinerja keuangan adalah
penghasilan dan beban. Laporan arus kas merefleksikan baik elemen-elemen
kinerja maupun perubahan elemen-elemen posisi keuangan tertentu.
Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai
akibat dari kejadian yang sudah lampau yang dari sumber daya itu manfaat
ekonomi akan mengalir kepada entitas di masa depan. Liabilitas adalah kewajiban
entitas sekarang yang timbul dari kejadian yang sudah lampau yang
penyelesaiannya akan mengakibatkan arus keluar sumber daya (manfaat ekonomi)
dari entitas di masa depan. Ekuitas adalah kepentingan/klaim residual atas aset
entitas setelah dikurangi seluruh liabilitasnya.
Penghasilan adalah bertambahnya manfaat ekonomi selama periode
akuntansi berupa arus masuk atau peningkatan potensi jasa aset atau
berkurangnya liabilitas yang mengakibatkan bertambahnya ekuitas, selain yang
terkait dengan kontribusi dari pemilik. Beban adalah berkurangnya manfaat
ekonomi selama periode akuntansi berupa arus keluar atau penurunan potensi jasa
aset atau timbulnya liabilitas yang mengakibatkan berkurangnya ekuitas, selain
yang terkait dengan distribusi kepada pemilik.
Definisi penghasilan mencakup pendapatan (revenue) dan keuntungan
(gains). Pendapatan timbul dari aktivitas rutin entitas. Penjualan, pendapatan
jasa, bunga, dividen, royalti, dan sewa adalah contoh-contoh pendapatan bagi
entitas sesuai dengan bisnis yang dijalankannya. Keuntungan merepresentasikan
item-item lainnya yang memenuhi definisi penghasilan dan berasal dari aktivitas
non-rutin, meskipun bisa saja dari aktivitas rutin entitas. Keuntungan
merepresentasikan bertambahnya manfaat ekonomi, sehingga pada hakikatnya sama
dengan pendapatan. IFRS tidak memandang pendapatan dan keuntungan masing-masing
sebagai elemen terpisah.
Definisi beban juga mencakup kerugian (losses). Beban pokok
penjualan, upah, dan depresiasi adalah contoh-contoh beban yang timbul dari
aktivitas rutin. Beban terjadi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya
potensi jasa aset seperti kas dan setara kas, persediaan, dan aset tetap.
Kerugian merepresentasikan item-item lainnya yang memenuhi definisi beban dan
berasal dari aktivitas non-rutin, meskipun bisa saja dari aktivitas rutin
entitas. Kerugian merepresentasikan berkurangnya manfaat ekonomi, sehingga pada
hakikatnya sama denganbeban. IFRS tidak memandang beban dan kerugian
masing-masing sebagai elemen terpisah.
Kriteria pengakuan. Pengakuan adalah proses dimasukkannya suatu
item dalam laporan keuangan. Untuk dapat diakui, item itu harus memenuhi
definisi salah satu elemen laporan keuangan serta memenuhi kriteria pengakuan
berikut:
Manfaat ekonomi masa depan yang terkait dengan item itu hampir
dapat dipastikan akan mengalir kepada atau dari entitas.
Biaya atau nilai item itu bisa diukur dengan andal.
Berdasarkan kriteria pengakuan secara umum tersebut:
Aset diakui dalam laporan posisi keuangan ketika manfaat ekonomi
terkait aset akan mengalir kepada entitas di masa depan dan biaya atau nilai
aset bisa diukur dengan andal.
Liabilitas diakui dalam laporan posisi keuangan ketika timbul
kewajiban sekarang yang penyelesaiannya di masa depan akan mengakibatkan arus
keluar sumber daya (manfaat ekonomi) dan jumlah penyelesaiannya bisa diukur
dengan andal.
Penghasilan diakui dalam laporan laba-rugi dan penghasilan
komprehensif lain ketika manfaat ekonomi bertambah yang terkait dengan
bertambahnya aset atau berkurangnya liabilitas. Besarnya penambahan manfaat
ekonomi itu dapat diukur dengan andal. Dengan kata lain, pengakuan penghasilan
terjadi secara simultan dengan pengakuan bertambahnya aset atau berkurangnya
liabilitas.
Beban diakui dalam laporan laba-rugi dan penghasilan komprehensif
lain ketika manfaat ekonomi berkurang yang terkait dengan berkurangnya aset
atau bertambahnya liabilitas. Besarnya pengurangan manfaat ekonomi itu dapat
diukur dengan andal. Dengan kata lain, pengakuan beban terjadi secara simultan
dengan pengakuan bertambahnya liabilitas atau berkurangnya aset.
Basis pengukuran. Pengukuran berarti menentukan jumlah rupiah
elemen laporan keuangan yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Kerangka
Konseptual menyatakan bahwa berbagai basis pengukuran digunakan saat ini yang
di antaranya adalah:
Biaya historis (historical cost)
Biaya kini (current cost)
Nilai realisasi bersih (net realisable value)
Nilai sekarang (present value)
Biaya historis adalah basis pengukuran yang paling lazim digunakan
saat ini, tetapi tetap dikombinasikan dengan basis pengukuran lainnya. Kerangka
Konseptual tidak mencakup konsep-konsep atau prinsip-prinsip untuk memilih
basis pengukuran yang harus digunakan untuk elemen laporan keuangan tertentu
atau dalam situasi tertentu. Panduan pengukuran dicakup dalam standar dan
interpretasi.
a)
Asumsi
Asumsi (assumption) merupakan dasar bagi bagi proses
akuntansi.
· Asumsi Unit
Moneter
Asumsi unit moneter merupakan asumsi bahwa unit pengukuran
relative tetap konstan seiring waktu.
· Asumsi Entitas
Ekonomi
Asumsi Entitas Ekonomi menyatakan bahwa aktivitas entitas harus
dijaga terpisah dan berbeda dari aktivitas pemiliknya dan seluruh entitas
ekonomi lainnya.
· Asumsi Periode
Waktu
Asumsi Periode Waktu menyatakan bahwa umur ekonomis dari sebuah
bisnis dapat dibagi kedalam periode waktu buatan.
· Asumsi
Kelangsungan Usaha
Asumsi Kelangsungan Usaha mengasumsikan bahwa perusahaan akan
meneruskan kegiatan operasionalnya cukup lama untuk menjalanka tujuan-tujuan
yang ada.
b)
Prinsip
Prinsip (Principle) adalah aturan khusus yang mengundikasikan
bagaimana kejadian-kejadian ekonomi harus dilaporkan dalam proses akuntansi.
· Prinsip
Pengakuan Pendapatan
Prinsip Pengakuan Pendapatan menyebutkan bahwa pendapatan harus
diakui pada periode akuntansi saat pendapatan dihasikan. Namun demikian,
menerapkan prinsip umum ini pada praktiknya terbilang sulit. Ketika terjadi
penjualan, pendapatan diakui pada saat penjualan. Dasar penjualan ini
melibatkan transaksi pertukaran antara penjual dan pembeli. Harga jual adalah
pengukura objektif atas jumlah pendapatan yang diakui. Meskipun demikian,
terdapat 2 pengecualian terhadap dasar penjualan untuk pengukuran pendapatan
yang berlaku umum. Pengecualian tersebut adalah metode presentase penyelesaian
dan metode angsuran.
· Prinsip
Penandingan (Pengakuan Beban)
Prinsip ini menyatakan bahwa beban harus dikaitkan dengan
pendapatan pada periode dimana usaha untuk memperoleh pendapatana dilakukan.
Beban tidak diakui ketika kas dibayarkan, atau ketika pekerjaan dilakukan, atau
ketika barang diproduksi. Tetapi, beban diakui ketika tenaga kerja (jasa) atau
barang benar-benar berkontribusi terhadap pendapatan. Biaya yang akan
menghasilkan pendapatan pada periode akuntansi dimasa yang akan datang diakui
sebagai asset. Contohnya antara lain persediaan barang dagang, beban dibayar
dimuka, dan asset pabrik. Biaya-biaya ini disebut Harga perolehan (biaya) yang
belum kadaluawarsa. Biaya perolehan yang belum kadaluwarsa berubah menjadi
beban dengan cara Harga Pokok Penjualan dan Beban Operasional.
· Prinsip
Pengungkapan Penuh
Prinsip Pengungkapan Penuh mengharuskan kondisi-kondisi dan
kejadian-kejadian yang membuat perbedaan terhadap pengguna laporan keuangan
harus diungkapkan. Kepatuhan terhadap prinsip pengungkapan penuh dilihat dari
data pada laporan keuangan dan informasi pada catatan atas laporan keuangan.
Catatan pertama di kebanyakan kasus adalah ringkasan kebijakan-kebijakan
akuntansi yang signifikan. Termasuk juga di dalamnya, antara lain metode-metode
yang digunakan untuk biaya persediaan, depresiasi, asset pabrik dan amortisasi
asset tidak berwujud.
· Prinsip Biaya
Prinsip biaya menyatakan bahwa asset harus dicatat pada biayanya.
Biaya digunakan karena biaya tersebut relevan dan andal. Biaya disebut relevan
karena menunjukan harga yang dibayar, asset yang dikorbankan, dan kesepakatan
yang dibuat pada tanggal perolehan. Biaya disebut andal karena keterukurannya
yang objektif, berdasarkan fakta dan dapat diverifikasi. Biaya juga merupakan
hasil dari transaksi pertukaran. Biaya adalah dasar yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan.
c)
Kendala
Kendala (constraint) dalam proes akuntansi memungkinkan
penyimpangan prinsip-prinsip tersebut dibawah kondisi-kondisi tertentu.
Daftar Pustaka :
Weygandt, Jerry J.,Kieso, Donald E., dan Kimmel, Paul D.
2008. Pengantar Akuntansi, edisi 7. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar