1.
Penalaran Induktif dan Deduktif
·
Pengertian penalaran induktif :
Penalaran induktif adalah proses berpikir
untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum
berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya disebut induksi.
Penalaran induktif dapat berbentuk
generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat. Generalisasi adalah proses
berpikir berdasarkan hasil pengamatan atas sejumlah gejala dan fakta dengan
sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu.
Analogi merupakan cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan terhadap
sejumlah gejala khusus yang bersamaan. Hubungan sebab akibat ialah hubungan
ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat sebab, dan
akibat-akibat.
· Hal-hal
yang berhubungan dengan penalaran induktif
Hal-hal yang berhubungan dengan penalaran
induktif yaitu bentuk penalaran yang berhubungan dengan sebab-akibat serta
hasil dari proses generalisasi yang ada pada akhir kesimpulan. Seperti halnya,
ketika seseorang pergi bertamasya dan mendaki ke pegunungan Jayawijaya
menggunakan pakaian tipis sehingga ketika orang tersbut sudah berada di atas
gunung, dia akan merasakan rasa sejuk serta dingin yang mengikuti diseluruh
tubuhnya. Hal tersebut dapat mengakibatkan suatu gejala yang luar biasa dan
mengakibatkan efek hipotermia yaitu merasakan suhu yang sangat dingin diatas
gunung tersebut. Dalam cerita tersbut terdapat penalaran induktif yang
dikaitkan dengan kalimat sebab-akibat.
Sebab yang terdapat dalam contoh tersbut
ialah orang tersebut tidak menggunakan pakaian yang selayaknya ketika mendaki
gunung. Serta mengakibatkan orang tersebut mengalami sakit atau bisa dikatakan
sebagai akibat dari tidak menggunakan pakaian untuk mendaki gunung. Contoh berikutnya yaitu; Harimau berdaun
telinga berkembang biak dengan melahirkan. Babi berdaun telinga berkembang biak
dengan melahirkan. Ikan paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Selanjutnya, berikut ini adalah bentuk contoh dari hal-hal yang berhubungan
dengan penalaran induktif dalam beberapa kategori ialah sebagai berikut:
§
Generalisasi :
Berikut ini adalah dua jenis generalisasi
yaitu:
· Generalisasi
sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi
dasar penimpulan diselidiki. Generalisasi macam ini memberikan kesimpilan amat
kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tetap saja yang belum diselidiki.
· Generalisasi tidak sempurna
Adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk
mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum
diselidiki.
Penalaran generalisasi bertolak dari satu
atau sejumlah fakta (fenomena atau peristiwa) khusus yang mempunyai kemiripan
untuk membuat sebuah kesimpulan. Sejumlah peristiwa khusus dibuat dalam bentuk
kalimat, kemudian pada akhir paragraf diakhiri dengan kalimat yang berisi
generalisasi dari peristiwa. Peristiwa khusus yang disebutkan pada bagian awal.
Contoh generalisasi:
Pemakaian bahasa Indonesia deseluruh daerah
diindonesia dewasa ini belum dapat dikata seragam. Perbedaan dalam struktur
kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihan dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia
sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Diungkapkan
persurat kabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa indonesia belum lagi dapat
dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum
memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik. Fakta – fakta
diatas menunjukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
§ Analogi
Adalah membandingkan dua hal yang banyak
persamaanya. Kesimpulan yang diambil dengan jalan analogi, yakni kesimpulan
dari pendapat khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara
membandingkan situasi yang satu dengan yang sebelumnya.
Dalam berfikir Analogis, kita meletakan suatu
hubungan baru berdasarkan hubungan-hubungan baru itu. Dan kita juga dapat
menarik kesimpulan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, ada
persamaan pula dalam bidang yang lain. Pada pembentukan kesimpulan dengan jalan
analogi, jalan pikiran kita didasarkan atas persamaan suatu keadaan yang khusus
lainnya. Karena pada dasarnya hanya membandingkan persamaan – persamaan
dankemudian dicari hubungannya. Maka sering kesimpulan yang diambil tidak
logis.
Dari penjabaran diatas, dapat dikatakan bahwa
penalaran analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan fakta atau kesamaan
data. Analogi juga dapat dikatakan sebagai proses membandingkana dari dua hal
yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu
ditarik suatu kesimpulan.
Contoh Analogi:
Kita banyak tertarik dengan planel mars,
karena banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata
surya yang sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti bumi. Temperaturnya hampir
sama dengan bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi
matahari menyebabkan pula timbulanya musim seperti bumi. Jika bumi ada mahluk.
Tidaklah mungkin ada mahluk hidup diplanet Mars.
§ Hubungan akibat sebab
Hubungan akibat sebab merupakan suatu proses
berfikir dengan bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat,
kemudian bergerak menuju sebab-sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat
tadi.
Contoh:
Masalah pengangguran merupakan masalah serius
yang harus diselesaikan pemerintah, seperti beberapa waktu lalu diberitakan
dimedia cetak dan ibu kota, bagaimana ribuan pencari kerja hars berdesakan
bahkankan pingsan untuk mendapatkan pekerjaan. Menurut laporan media cetak hal
ini terjadi karena dalam waktu dekat ini banyak perusahaan menufaktor yang akan
tutup. Sehingga harus melakukan PHK. Selain itu minimnya kahlian atau rendahnya
kualitas SDM menjadi faktor penyebab banyaknya pengangguran diibukota.
Contohnya dalam menggunakan preposisi spesifik seperti:
Es ini dingin. (atau: Semua es yang pernah
kusentuh dingin.)
Bola biliar bergerak ketika didorong tongkat. (atau: Dari seratus bola biliar yang didorong tongkat, semuanya bergerak.)
Bola biliar bergerak ketika didorong tongkat. (atau: Dari seratus bola biliar yang didorong tongkat, semuanya bergerak.)
·
Pengertian penalaran deduktif :
Penalaran deduktif dibidani oleh filosof
Yunani Aristoteles merupakan penalaran yang beralur dari pernyataan-pernyataan
yang bersifat umum menuju pada penyimpulan yang bersifat khusus. Sang Bagawan
Aristoteles (Van Dalen:6) menyatakan bahwa penalaran deduktif adalah, ”A
discourse in wich certain things being posited, something else than what is
posited necessarily follows from them”. pola penalaran ini dikenal dengan pola
silogisme. Pada penalaran deduktif menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu
untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Corak berpikir deduktif adalah silogisme
kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif. Dalam penalaran ini
tedapat premis, yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan. Untuk penarikan
kesimpulannya dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penarikan
kesimpulan secara langsung diambil dari satu premis,sedangkan untuk penarikan
kesimpulan tidak langsung dari dua premis.
Contoh:
ü
Laptop adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk
beroperasi
ü
DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk
beroperasi
ü
Kesimpulan —> semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk
beroperasi
Ada 2 macam penalaran deduktif, yaitu:
a)
Menarik simpulan secara Langsung
b)
Menarik simpulan secara Tidak Langsung
c)
menarik Simpulan secara langsung ditarik dari satu premis. sedangkan
menarik secara tidak langsung merupakan kebalikan dari secara langsung dimana
pada secara tidak langsung membutuhkan 2 buah premis sebagai datanya.
Macam-macam penalaran deduktif diantaranya:
a. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan
kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan
sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah
rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
Contoh:
Ø
Semua manusia akan mati
Ø
Amin adalah manusia
Ø
Jadi, Amin akan mati (konklusi / kesimpulan)
b. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara
langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak
diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh:
Ø
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Ø
Pada malam hari tidak ada matahari
Ø
Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis
2.
karangan ilmiah,non ilmiah dan metode ilmiah
·
Pengertian karangan ilmiah
Pengertian karangan ilmiah dapat didefiniskan sebagai
tulisan ilmiah atau naskah yang membahas suatu masalah tertentu, atas dasar
konsepsi keilmuan tertentu, dengan memilih metode penyajian tertentu secara
utuh, teratur dan konsisten. (Munawar Syamsudin (1994).
Dalam hal ini dibuktikan bahwa karangan ilmiah dapat
membantu proses penalaran serta berpikir secara analisis dan sistematis dalam
membuat atau mendefinisikan suatu metode permasalahan guna menciptakan hasil karangan.
selain itu terdapat beberapa manfaat dalam membuat karangan ilmiah untuk para
penulis karangan ilmiah seperti halnya, penulis dapat melatih fungsi otak dalam
berpikir menuangkan ide-ide kedalam karangan ilmiah, penulis juga dapat
mengembangkan bebrapa teori ilmiah yang dapat membantu hasil karangan ilmiah
secara terampil dan efisien, kemudian dapat memperluas wawasan ilmu
pengetahuan.
Hal ini dapat diperkuat dengan adanya pendapat dari Eko Susilo, M.
1995:11 yaitu “Suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan
sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian
dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika
penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/
keilmiahannya.” Oleh karena itu
seorang ilmuwan atau penulis karangan ilmiah harus mampu menganalisa serta
mampu mengolah sumber-sumber data yang fakta guna memperkuat karangan ilmiah
yang berisikan kompetensi-kompetensi yang cukup baik. Pendapat ini juga
diperkuat oleh Brotowidjoyo (1985: 8-9) mengatakan bahwa “karangan ilmiah
adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi
penulisan yang baik dan benar”.
· Hal- hal yang berhubungan dengan
karangan ilmiah
Hal-hal yang
harus ada dalam karangan ilmiah antara lain:
1.
Karangan
tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan alur pikiran.
2.
Keindahan
karangan tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan unsur-unsur yang
menyangganya.
3.
Alur
pikir dituangkan dalam sistematika dan notasi.
4.
Karangan
tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar,
yang tersusun mendukung alur pikir yang teratur.
yang tersusun mendukung alur pikir yang teratur.
5.
Karangan
tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas yang terkandung
dalam hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah kebahasaan.
dalam hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah kebahasaan.
6.
Karangan
tulis ilmiah terdiri dari serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi
(paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan).
(paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan).
· Contoh karangan ilmiah
v
Artikel Ilmiah Popular
Berbeda
dengan artikel ilmiah, artikel ilmiah popular tidak terikat secara ketat dengan
aturan penulisan ilmiah. Sebab, ditulis lebih bersifat umum, untuk konsumsi
publik. Dinamakan ilmiah populer karena ditulis bukan untuk keperluan akademik
tetapi dalam menjangkau pembaca khalayak. Karena itu aturan-aturan penulisan
ilmiah tidak begitu ketat. Artikel ilmiah popular biasanya dimuat di surat
kabar atau majalah. Artikel dibuat berdasarkan berpikir deduktif atau induktif,
atau gabungan keduanya yang bisa ‘dibungkus’ dengan opini penulis.
v
Artikel Ilmiah
Artikel
ilmiah, bisa ditulis secara khusus, bisa pula ditulis berdasarkan hasil
penelitian semisal skripsi, tesis, disertasi, atau penelitian lainnya dalam
bentuk lebih praktis. Artikel ilmiah dimuat pada jurnal-jurnal ilmiah. Kekhasan
artikel ilmiah adalah pada penyajiannya yang tidak panjang lebar tetapi tidak
megurangi nilai keilmiahannya. Artikel ilmiah bukan sembarangan artikel, dan
karena itu, jurnal-jurnal ilmiah mensyaratkan aturan sangat ketat sebelum sebuah
artikel dapat dimuat. Pada setiap komponen artikel ilmiah ada pehitungan bobot.
Karena itu, jurnal ilmiah dikelola oleh ilmuwan terkemuka yang ahli
dibidangnya. Jurnal-jurnal ilmiah terakredetasi sangat menjaga pemuatan
artikel. Akredetasi jurnal mulai dari D, C, B, dan A, dan atau bertaraf
internasional. Bagi ilmuwan, apabila artikel ilmiahnya ditebitkan pada jurnal
internasional, pertanda keilmuawannya ‘diakui’.
v
Disertasi
Pencapaian gelar akademik tertinggi
adalah predikat Doktor. Gelar Doktor (Ph.D) dimungkinkan manakala mahasiswa
(S3) telah mempertahankan disertasi dihadapan Dewan Penguji Disertasi yang
terdiri dari profesor atau Doktor dibidang masing-masing. Disertasi ditulis
berdasarkan penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis mengemukan dalil yang
dibuktikan berdasarkan data dan fakta valid dengan analisis terinci.
Disertasi atau Ph.D Thesis ditulis
berdasarkan metodolologi penelitian yang mengandung filosofi keilmuan yang
tinggi. Mahahisiswa (S3) harus mampu (tanpa bimbingan) menentukan masalah,
berkemampuan berpikikir abstrak serta menyelesaikan masalah praktis. Disertasi
memuat penemuan-penemuan baru, pandangan baru yang filosofis, tehnik atau
metode baru tentang sesuatu sebagai cerminan pengembangan ilmu yang dikaji
dalam taraf yang tinggi.
v Tesis
Tesis adalah jenis karangan ilmiah
yang bobot ilmiahnya lebih dalam dan tajam dibandingkan skripsi. Ditulis untuk
menyelesaikan pendidikan pascasarjana. Mahasiswa melakukan penelitian mandiri,
menguji satu atau lebih hipotesis dalam mengungkapkan ‘pengetahuan baru’. Tesis
atau Master Thesis ditulis bersandar pada metodologi; metodologi penelitian dan
metodologi penulisan. Standarnya digantungkan pada institusi, terutama
pembimbing. Dengan bantuan pembimbing, mahasiswa merencanakan (masalah), melaksanakan;
menggunakan instrumen, mengumpulkan dan menjajikan data, menganalisis, sampai
mengambil kesimpulan dan rekomendasi.
v
Skripsi
Skripsi
adalah karangan tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan
gelar sarjana (S1). Bobotnya 6 satuan kredit semster (SKS) dan dalam
pengerjakannya dibantu dosen pembimbing. Dosen pembimbing berperan ‘mengawal’
dari awal sampai akhir hingga mahasiswa mampu mengerjakan dan mempertahankannya
pada ujian skripsi.
Skripsi ditulis berdasarkan pendapat
(teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-objektif,
baik berdasarkan penelitian langsung; observasi lapanagn atau penelitian di
laboratorium, atau studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis
hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.
v
Kertas Kerja
Kertas
kerja pada prinsipnya sama dengan makalah. Kertas kerja dibuat dengan analisis
lebih dalam dan tajam. Kertas kerja ditulis untuk dipresentasikan pada seminar
atau lokakarangan, yang biasanya dihadiri oleh ilmuwan. Pada ‘perhelatan
ilmiah’ tersebut kertas kerja dijadikan acuan untuk tujuan tertentu. Bisa jadi,
kertas kerja ‘dimentahkan’ karena lemah, baik dari susut analisis rasional,
empiris, ketepatan masalah, analisis, kesimpulan, atau kemanfaatannya.
v
Makalah
Lazimnya, makalah dibuat melalui
kedua cara berpikir tersebut. Tetapi, tidak menjadi soal manakala disajikan
berbasis berpikir deduktif (saja) atau induktif (saja). Yang penting, tidak
berdasar opini belaka.
Makalah, dalam tradisi akademik,
adalah karangan ilmuwan atau mahasiswa yang sifatnya paling ‘soft’ dari jenis karangan
ilmiah lainnya. Sekalipun, bobot akademik atau bahasan keilmuannya, adakalanya
lebih tinggi. Misalnya, makalah yang dibuat oleh ilmuwan dibanding skripsi
mahasiswa.
·
Pengertian Karangan Non-Ilimiah
Karangan
non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan
dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung
fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa
digunakan (tidak terlalu formal) dan satu ciri yang pasti ada dalam tulisan
fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik
penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti
penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dsb.
Karangan non ilmiah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Emotif : kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak
sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.
2.
Persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk
meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup
informative.
3.
Deskriptif : pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan
subjektif.
4.
Kritik tanpa dukungan bukti.
Contoh
karangan non ilmiah :
Contoh yang termasuk karangan non-ilmiah adalah
dongeng, cerpen, novel, drama, dan roman.
·
Metode Ilmiah
Metode ilmiah atau proses
ilmiah (bahasa Inggris: scientific method) merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara
sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta
membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji
dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat
menjadi suatu teori ilmiah.
Metode ilmiah memnurut beberapa para ahli:
1. (Almack, 1939) Metode ilmiah adalah cara menerapkan
prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.
2. (Ostle, 1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah
pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.
Unsur utama metode ilmiah adalah
pengulangan empat langkah berikut:
1. Karakteristik (pengamatan dan pengukuran).
2. Hipotesis (penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas
hasil pengamatan dan pengukuran).
3. Prediksi (deduksi logis dari hipotesis).
4. Eksperimen (pengujian atas semua hal di atas.
Hal-hal yang berhubungan dengan metode ilmiah
pada umumnya terdapat empat
karakteristik penelitian ilmiah :
1.
Sistematik.
Suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara
berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana
sampai yang kompleks.
2.
Logis.
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal
dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut
prosedur atau kaidah bekerjanya akal yaitu logika. Prosedur penalaran yang
dipakai bias dengan prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik
kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus), atau prosedur deduktif
yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari
pernyataan yang bersifat umum.
3.
Empirik.
Artinya suatu penelitian yang didasarkan pada pengalaman
sehari-hari, yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat
sebagai hasil penelitian. Landasan empirik ada tiga yaitu :
a). Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan
perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain).
b). Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan
waktu.
c). Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan,melainkan
ada penyebabnya.
4. Replikatif.
Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus di
uji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila
dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat
replikatif, penyusunan definisi operasional variable menjadi langkah penting
bagi seorang peneliti.
Contoh Kasus Metode Ilmiah Tentang Tumbuhan
Berikut ini adalah contoh
metode ilmiah biologi dan langkah-langkah metode ilmiah sederhana:
I. Masalah
Pengaruh manusia sebagai factor luar terhadap pertumbuhan
tumbuhan.
II. Rumusan Masalah
1. Apakah manusia berpengaruh terhadap
pertumbuhan tumbuhan ?
2. Bagaimana keadaan tumbuhan yang dirawat secara
baik oleh manusia, dan keadaan tumbuhan yang tidak dirawat ?
III. Observasi
· Mengamati tumbuhan yang selalu dipelihara,
dirawat, diberi air dan diberi pupuk oleh manusia, tumbuhan tersebut tumbuh
dengan subur.
IV. Hipotesis
· Mungkin tumbuhan akan tumbuh subur oleh
manusia.
V. Eksperimen
1. Tujuan :
· Untuk mengetahui pengaruh manusia factor luar
terhadap pertumbuhan tumbuhan.
2. Alat dan bahan untuk melakukan eksperimen
tersebut :
· 2 pot ukuran sama
· 2 tanaman sejenis dan seukuran
· Tanah
· Pupuk
· Air
· Alat tulis
3. Cara Kerja :
· Isi pot 1 dengan tanah, tanaman, dan pupuk
lalu siram,
· Isi pot 2 dengan tanah, tanaman tanpa di beri
pupuk lalu disiram,
· Rawat tanaman dalam pot 1 secara baik,
sementara tanaman dalam pot 2 dibiarkan atau tidak dirawat,
· Amati tanaman dalam pot 1 dan pot 2 ( daun,
batang, dahan ) lalu dibandingkan ke 2 tanaman tersebut.
VI. Kesimpulan
Setelah melakukan eksperimen kemudian dengan mengamati tanaman
tersebut selama beberapa hari hasil yang saya dapat adalah :
· Tanaman pada pot 1 tumbuh dengan baik dengan
daun, batang, dan dahan tumbuh sempurna,
· Tanaman pada pot 2 tumbuh dengan sebaliknya, tumbuh dengan tidak baik dengan
daun, batang, dan dahan tidak tumbuh dengan sempurna bahkan terlihat layu,
· Jadi, manusia sebagai factor luar sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan tumbuhan, baik tidak nya tumbuhan tersebut
tumbuh